Sabtu, Mei 22, 2010

Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup Kota Bandung Terhambat Birokrasi?


Oleh : Indra Setia Nugraha
NRP : SG.B.088804.PL

Kota Bandung makin panas! Demikian kira-kira pendapat masyarakat yang merasakan perubahan iklim Kota Bandung dari masa ke masa. Pada zaman kolonialisme, Kota Bandung dianggap sebagai Parijs Van Java (Kota Paris di Pulau Jawa), karena berada pada dataran tinggi dan berhawa lebih sejuk dibanding daerah lain.

Masihkah Kota Bandung layak berpredikat kembaran Paris? Berdasarkan catatan sejarah, Kota Bandung yang dulu terkenal hijau, lambat laun mulai berubah menjadi lahan yang heurin ku tantung (sempit akibat banyaknya penduduk). Penduduk yang makin banyak, seiring dengan laju urbanisasi di kota-kota besar di Indonesia yang menjadi magnet pembuai kehidupan masa kini yang sarat dengan ”lumbung uang”, lambat laun telah merubah Kota Bandung menjadi kota yang makin lama makin ”gundul”.

Bukan saja lahan hijau yang makin terkikis, pertambahan penduduk dan konsep pembangunan dengan sendirinya menyebabkan makin menjamurnya gedung-gedung pencakar langit yang menyebabkan efek rumah kaca. Lalu makin maraknya aktivitas pabrik, dunia industri, dan berjubelnya kendaraan bermotor menyebabkan meningkatnya masalah emisi gas di Kota Kembang. Dengan kata lain, kini Kota Bandung bukan saja makin panas, tetapi juga makin tercemar. Lebih konkrit lagi, Bandung adalah bagian dari jutaan kota di Dunia yang menyumbangkan terjadinya pemanasan global (global warming).

Lalu tindakan apa yang bisa kita lakukan? Salah satunya tentu saja dengan gerakan penghijauan seperti yang telah dicanangkan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Gerakan penghijauan adalah salah satu upaya sederhana yang dapat kita lakukan, paling tidak untuk mengeleminir pemanasan global. Untuk itulah, program Pemerintah dalam membuka hubungan internasional dalam rangka melanjutkan Protokol Kyoto pada Maret 1999 mengenai upaya penyelamatan lingkungan hidup melalui usaha mengurangi iklim bumi antara 0,02°-0,28° celcius pada 2050, hingga Indonesia akhirnya dapat turut andil sebagai tuan rumah konfrensi lingkungan hidup di bawah naungan UNCCC di Bali.

Dalam acara yang dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, sejumlah negara menyepakati pengurangan emisi gas antara 25-40 persen, dan direncanakan terealisasi pada tahun 2020. Keberanian Pemerintah RI sebagai jembatan dalam menggagas Bali Road Map tersebut, perlu kita apresiasi sebagai langkah positif. Lalu pencanangan penanaman 100 juta pohon secara serempak di tingkat Nasional pada 2009 lalu, yang dipimpin Presiden SBY sebagai langkah konkrit dalam upaya mengembalikan kondisi alam akibat pemansan global, juga perlu kita dukung sebagai langkah perbaikan. Baik terkait lingkungan hidup saat ini, maupun lingkungan hidup masa depan, tempat anak cucu kita melangsungkan kehidupan. Dengan demikian, Pemerintah telah dan tengah menjalankan amanat Bali Road Map, guna mengurangi emisi gas melalui penyerapan karbondioksida oleh pohon.

Demikian pula dengan gerakan penanaman 1 juta pohon yang dicanangkan Pemerintah Kota Bandung, dan dipimpin oleh Walikota Bandung, H. Dada Rosada, SH., M.Si. Program yang telah digulirkan sejak 2004 tersebut adalah sebuah upaya yang wajib kita tindaklanjuti. Pemerintah Kota Bandung dengan segala daya upayanya, tentu memiliki tujuan positif lain dalam program tersebut. Selain sebagai sebuah tindakan nyata, sudah pasti Pemerintah Kota Bandung ingin menumbuhkan kesadaran lingkungan hidup kepada masyarakat. Dengan kata lain, keberhasilan Pemerintah Kota Bandung dalam melaksanakan program tersebut, bukan saja terletak pada tataran implementasi dari pencanangan penanaman 1 juta pohon. Tetapi akan terlihat pula dari dampak yang ditimbulkan melalui gerakan tersebut. Yaitu timbulnya kesadaran masyarakat, dan menumbuhkembangkan semangat gerakan penghijauan. Penanaman pohon setidaknya dapat menghilangkan atau sekurang-kurangnya mengurangi karbondioksida yang disebabkan aktivitas manusia. Tentu saja, ini hanyalah salah satu upaya kecil dari berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menangani masalah global warming.

Tetapi apakah upaya-upaya untuk menangani masalah Global Warming ini hanya merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah semata? Tentu saja tidak, hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua sebagai salah satu penyumbang dan “pencipta kiamat” bagi kita sendiri. Untuk itulah perlu adanya upaya untuk menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup yang hijau sehingga bisa mensinergiskan antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan data dan hasil audiensi dengan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung pada tanggal 22 Februari 2010 bahwa kebutuhan pohon pelindung di Kota Bandung dengan jumlah penduduk sekitar 2.400.000 jiwa memerlukan pohon pelindung sebanyak 1.200.000 pohon, sedangkan jumlah pohon pelindung yang ada sekarang (di pinggir jalan, di pinggir kali, taman kota termasuk lahan penduduk) sekitar 800.000 pohon jadi untuk bernapas penduduk Kota Bandung masih kekurangan sekitar 400.000 pohon.

Rencana Kegiatan dan Dukungan 10 Ribu Facebooker

Untuk itulah, Mahasiswa Pecinta Alam Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Ganesha (Mapala-SG) Bandung, membuat konsep Program Terpadu Penghijauan Kota Bandung (Gerakan Penanaman Pohon, Pembuatan Lubang Biopori, dan Kampanye Stop Global Warming) yang rencananya bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung dan organisasi-organisasi tingkat SLTA, Perguruan Tinggi, dan Umum se-Kota Bandung, dengan harapan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup baik sekarang maupun yang akan datang.

Dengan berbekal dukungan dari berbagai pihak, diantaranya dukungan dari berbagai himpunan/organisasi dari tingkat SLTA/Perguruan Tinggi/Umum lebih dari 300 perhimpunan/organisasi, dan lebih dari 10 ribu dukungan dari Facebook Group STOP GLOBAL WARMING MAPALA-SG serta ribuan email yang masuk ke mapala_sg@yahoo.co.id Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya yang menyatakan dukungan penuh atas kegiatan penghijauan kota sebagai upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kota Bandung.

Birokrasi Membuat Sulit?

Namun sayang, upaya untuk bisa bekerjasama dengan pihak pmerintah khususnya Pemerintah Kota Bandung dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup melalui Program Terpadu Penghijauan Kota Bandung tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini terkait dengan jalur birokrasi “khas” Instansi Pemerintahan yang harus kami tempuh melalui beberapa “meja” birokrasi. Sehingga memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sekedar beraudiensi dengan pihak pemerintah guna menjelaskan program yang akan dilaksanakan.

Jika dilihat dari segi dukungan serta masalah-masalah lingkungan hidup Kota Bandung sudah saatnya Pemerintah Kota Bandung mulai menggerakkan kalangan masyaratkat umum untuk ikut serta dalam usaha penyelamatan lingkungan hidup Kota Bandung dan ikut mensukseskan gerakkan penanaman 1.000.000 pohon sebagai salah satu program kerja Pemerintah Kota Bandung sehingga Visi Kota Bandung sebagai “Kota Jasa yang memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan” dapat terwujud.

Usaha-usaha penyelamatan lingkungan hidup yang berbasis pada kesadaran masyarakat sudah seharusnya bisa mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah Kota Bandung dan bisa bekerja sama dalam meningkatkan kualitas dan penyelamatan lingkungan hidup. Pada dasarnya, apa yang dituangkan dalam sebuah konsep penyelamatan lingkungan hidup melalui Program Terpadu Penghijauan Kota Bandung ini merupakan sebuah kesadaran nyata dari masyarakat umumnya dan masyarakat Kota Bandung khususnya. Harapan dan dukungan untuk menjadikan Kota Bandung sebagai kota yang ramah lingkungan dan menjadikan kembali Kota Bandung sebagai Parijs Van Java bisa diwujudkan melalui kerja sama dari pihak pemerintah dan juga masyarakatnya.

Jumat, Mei 15, 2009

STOP GLOBAL WARMING
Bangun Kesadaran Untuk Menyelamatkan Bumi
posting by: SG.B.088804.PL

Efek dari pemanasan global (global warming) atau meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer sudah mulai terasa. Di antaranya iklim yang tidak menentu, kenaikan suhu yang ekstrim di beberapa daerah, mencairnya es di kutub yang mengakibatkan meningkatnya permukaan air laut, meningkatnya intensitas terjadinya badai, sulitnya mendapatkan air bersih, munculnya berbagai penyakit baru, dan juga hilangnya 1000 spesies dalam waktu yang relatif singkat.

Indonesia menjadi salah satu kontributor yang besar terhadap pemanasan bumi dengan pembakaran hutannya. Namun, pemanasan bumi adalah masalah bagi semua negara tidak hanya Indonesia. Nasib bumi ada di tangan setiap insan yang hidup di muka bumi. Oleh karenanya, diperlukan kesadaran dari setiap orang untuk menyelamatkan bumi.

Oleh karena itu, kami MAPALA STMIK GANESHA mengajak kepada seluruh orang mari kita selamatkan bumi kita bersama, rapatkan barisan dan bergandengan tangan bersama MAPALA-SG demi bumi yang lebih hijau.

Say together "STOP GLOBAL WARMING" !!!

Salurkan tanggapan anda mengenai GLOBAL WARMING di blogspot MAPALA-SG.

di >>> http://mapalastmikganesha.blogspot.com/

atau di >>> http://mapala-sg-bdg.blogspot.com/

Daftar Blog Saya